Karena itu, Anda perlu hati-hati bila si dia gemar sekali menonton film porno. Sebab, gambar-gambar atau video porno di internet bisa mengurangi sensitivitas pria terhadap aktivitas seksual biasa, demikian hasil sebuah penelitian yang diterbitkan di jurnal Psychology Today pada Oktober 2011.
Film-film porno yang mudah didapat melalui internet memang tak bisa dicegah, dan mungkin akan ada untuk selamanya. Namun, adiksi terhadap film porno sebenarnya bisa ditinggalkan.
Caranya dengan mengubah kebiasaan, yaitu dengan belajar mengurangi kebiasaan nonton pada tingkat dimana aktivitas tersebut tidak mengacaukan kehidupan berpasangan, atau kehidupan pasangan dari seorang pecandu film porno.
"Sebagian orang memandang kebiasaan ini sebagai penyakit moral. Kami sendiri mengambil sudut pandang bahwa kebiasaan ini bukanlah suatu penyakit, apalagi penyakit moral, melainkan suatu bagian yang normal dari pertumbuhan," papar Profesor Raj Sitharthan dari Department of Psychiatry, University of Sydney, Australia.
"Memang banyak orang yang menontonnya secara berlebihan. Namun, mereka bisa belajar untuk mengurangi kebiasaan ini jika mereka mau."
Menurut Dr Raj, adiksi film porno mirip dengan adiksi terhadap alkohol. Dalam beberapa penelitian sebelumnya, ia mendapati bahwa orang yang mengonsumsi alkohol secara berlebihan setiap hari pun mampu mengurangi kebiasaannya minum.
Dalam praktik di kliniknya, pasien yang kecanduan pornografi mengurangi "asupan" film pornonya dengan cara tidak diberi uang untuk membeli film-film porno, dan aksesnya ke komputer atau perangkat lain dibatasi.
Bersama rekannya, Dr Gomathi Sitharthan dari Faculty of Health Sciences (juga dari University of Sydney, Australia), Dr Raj menggelar sebuah survei terkait kebiasaan orang mengakses pornografi. Mereka mendapati bahwa 20 persen dari 800 partisipan memilih nonton film porno agar bisa membangun keintiman seksual dengan pasangannya.
Sebanyak 47 persen responden menghabiskan antara 30 menit hingga 3 jam sehari untuk nonton film porno. Sebanyak 14 persen membina hubungan dengan pengguna internet lainnya, dan 18 persen biasa berfantasi seksual ketika sedang tidak online.
Namun, terlalu sering nonton film porno memberi pengaruh yang kurang baik terhadap hubungan dengan pasangan, kondisi keuangan, maupun studi seseorang.
Misalnya, 30 persen responden mengakui bahwa performa kerja mereka terganggu. Beberapa pasien Dr Raj sendiri juga mengalami perilaku ekstrem akibat kecanduan film porno.
Pasiennya yang seorang siswa sekolah menolak berangkat ke sekolah, dan mengabaikan teman-temannya, dan memilih nonton film porno sampai dini hari.
"Cepat atau lambat, hal ini akan mengambil alih hidup mereka, dan menjadi satu-satunya hal yang bisa memberi kepuasan untuk mereka," katanya.
Akan lebih baik tentunya jika si pecandu pornografi dibantu untuk mengatasi masalah mereka. Tim peneliti dari universitas ini juga sedang berencana untuk mengadakan penelitian lanjutan untuk mengetahui penyebab kecanduan pornografi. (The Age)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar