Sistem Kekebalan Tubuh Spesifik- Sistem Kekebalan Tubuh Spesifik merupakan pertahanan tubuh terhadap patogen tertentu yang masuk ke dalam tubuh. Sistem Kekebalan Tubuh Spesifik bekerja apabila patogen telah berhasil melewati sistem pertahanan tubuh nonspesifik. SSistem Kekebalan Tubuh Spesifik ini biasa disebut dengan sistem kekebalan tubuh yang merupakan garis pertahanan ketiga dari tubuh. Pertahanan tubuh nonspesifik pada permukaan tubuh disokong oleh pertahanan tubuh spesifik atau sistem kekebalan tubuh (imunitas) yang memiliki kekuatan yang lebih besar menghadapi penyerang (patogen) tertentu. Pertahanan tubuh spesifik ini dipicu oleh antigen (antibody generating), zat asing yang menjadi bagian permukaan virus, bakteri, atau patogen lain. Semua zat asing yang memicu sistem kekebalan tubuh disebut antigen. Antigen dapat berupa karbohidrat, lemak, atau protein. Sistem tubuh memiliki ciri-ciri khusus (spesifik), yaitu mengingat dan mengenali mikroba patogen atau zat asing. Sistem kekebalan tubuh memiliki kemampuan untuk mengenali dan menghancurkan patogen dan zat asing tertentu. Sistem kekebalan tubuh bereaksi terhadap antigen tertentu dengan mengaktifkan sel limfosit dan memproduksi protein khusus yang disebut antibodi.
Selain pada mikroorganisme patogen, antigen terdapat juga pada zat asing seperti kulit atau jaringan hasil cangkok organ. Sistem kekebalan tubuh mampu mengingat antigen yang pernah menyerang dan telah mempersiapkan diri lebih baik dan efektif jika patogen tersebut menyerang kembali. Hal ini menjelaskan mengapa jika kita telah terkena penyakit cacar sewaktu kecil, kita tidak akan terkena lagi di kemudian hari (Gambar 11.5).
Gambar 11.5 Penyakit cacar air.
Setelah terkena penyakit cacar air, kemungkinan besar kita tidak akan terserang kembali.
Setelah terkena penyakit cacar air, kemungkinan besar kita tidak akan terserang kembali.
Sistem kekebalan tubuh dapat membedakan
molekul atau sel tubuh dari molekul asing (antigen). Antigen dalam darah
yang akan membedakan golongan darah,
tidak berbahaya bagi tubuh pemiliknya. Akan tetapi, jika antigen darah
tersebut disuntikkan kepada orang lain, antibodi individu tersebut akan
bereaksi. Kelainan mekanisme ini berakibat fatal dan menyebabkan
kelainan yang disebut autoimunitas.
Kekebalan tubuh yang diperoleh setelah pulih dari infeksi penyakit disebut kekebalan aktif (active immunity). Disebut demikian karena kekebalan tubuh ini bergantung pada respons kekebalan tubuh orang tersebut. Adapun kekebalan pasif diperoleh
dengan memberikan antibodi dari seseorang yang telah kebal, kepada
orang lain. Kekebalan aktif terjadi jika kita pulih dari penyakit,
seperti cacar, tetanus,
atau campak. Tubuh akan memproduksi antibodi yang berguna menghancurkan
mikroba patogen jika mereka menyerang kembali. Kekebalan aktif ini
dikenal dengan kekebalan aktif alami. Adapun kekebalan aktif buatan didapatkan
dengan menyuntikkan antigen bakteri yang tidak aktif, mikroba mati,
atau mikroba yang dilemahkan. Cara ini dikenal dengan vaksinasi.
Dengan vaksinasi, kekebalan orang
tersebut akan aktif membentuk antibodi layaknya orang yang telah terkena
penyakit yang disebabkan antigen tersebut. Kekebalan tubuh pasif
contohnya terjadi pada bayi yang diberikan air susu pertama (kolostrum)
oleh ibunya. Di dalam kolostrum terkandung berbagai macam antibodi ibu
yang melindungi bayi dari penyakit. Meskipun hanya bertahan untuk
beberapa minggu, namun cukup untuk bayi hingga sistem kekebalan tubuhnya
bekerja dengan baik. Kekebalan tubuh pasif juga dapat dilakukan dengan
memberikan antibodi orang yang telah kebal kepada orang yang sakit.
Contohnya, pada penyakit rabies. Respons sistem kekebalan tubuh terhadap
kehadiran antigen dapat dibedakan atas dua cara, yaitu imunitas humoral
dan imunitas seluler. Apa perbedaannya? Bagaimana cara kerjanya?
Pelajarilah materi berikut.
1. Imunitas Humoral
Imunitas humoral menghasilkan pembentukan antibodi yang disekresikan oleh sel limfosit B. Antibodi ini berada dalam plasma darah dan cairan limfa (dahulu disebut cairan humor) dalam bentuk protein. Pembentukan
antibodi ini dipicu oleh kehadiran antigen. Antibodi secara spesifik
akan bereaksi dengan antigen. Spesifik, berarti antigen A hanya akan
berekasi dengan dengan antibodi A, tidak dengan antibodi B. Antibodi
umumnya tidak secara langsung menghancurkan antigen yang menyerang.
Namun, pengikatan antara antigen dan antibodi merupakan dasar dari kerja
antibodi dalam kekebalan tubuh. Terdapat beberapa cara antibodi
menghancurkan patogen atau antigen, yaitu netralisasi, penggumpalan, pengendapan, dan pengaktifan sistem komplemen (protein komplemen). Perhatikan Gambar 11.6.
Gambar 11.6
Beberapa cara antibodi menghancurkan patogen atau antibodi
Beberapa cara antibodi menghancurkan patogen atau antibodi
Netralisasi terjadi jika antibodi
memblokir beberapa tempat antigen berikatan dan membuatnya tidak aktif.
Antibodi menetralkan virus dengan menempel pada tempat yang seharusnya
berikatan dengan sel inang. Selain itu, antibodi menetralkan bakteri
dengan menyelimuti bagian beracun bakteri dengan antibodi. Hal tersebut
menetralkan racun bakteri sehingga sel fagosit dapat mencerna bakteri
tersebut. Penggumpalan (aglutinasi) bakteri, virus, atau sel patogen
lain oleh antibodi merupakan salah satu cara yang cukup efektif. Hal ini
dapat dilakukan karena antibodi memiliki minimal dua daerah ikatan (binding site).
Cara ini memudahkan sel fagosit menangkap sel-sel patogen tersebut.
Cara ketiga mirip dengan penggumpalan. Pengendapan dilakukan pada
antigen terlarut oleh antibodi. Hal ini untuk membuat antigen terlarut
tidak bergerak dan memudahkan ditangkap oleh sel fagosit. Cara terakhir
merupakan perpaduan antara antibodi dan sistem komplemen. Antibodi yang
berikatan dengan antigen akan mengaktifkan sistem komplemen (protein
komplemen) untuk membentuk luka atau pori pada sel mikroba patogen.
Pembentukan luka atau pori ini menyebabkan luka atau pori pada sel
mikroba patogen. Pembentukan luka atau pori ini menyebabkan lisozim
dapat masuk dan sel patogen tersebut akan hancur (lisis).
2. Imunitas Seluler
Imunitas seluler bergantung pada peran
langsung sel-sel (sel limfosit) dalam menghancurkan patogen. Setelah
kontak pertama dengan sebuah antigen melalui makrofag, sekelompok
limfosit T tertentu dalam jaringan limfatik akan membesar diameternya.
Setelah itu, berkembang biak dan berdiferensiasi menjadi beberapa sub
populasi. Sub populasi tersebut, antara lain sel T sitotoksik (cytotoxic T cell), sel T penolong (helper T cell), sel T supressor (supressor T cell), dan sel T memori (memory T cell).
Tugas utama imunitas seluler adalah
untuk menghancurkan sel tubuh yang telah terinfeksi patogen, misalnya
oleh bakteri atau virus. Bakteri atau virus yang telah menyerang sel
tubuh akan memperbanyak diri dalam sel tubuh tersebut. Hal ini tidak
dapat dilakukan oleh antibodi tubuh. Sebenarnya hanya sel T sitotoksik
saja yang dapat menghancurkan sel yang terinfeksi. Sel yang terinfeksi
memiliki antigen asing milik virus atau bakteri yang menyerangnya. Sel T
sitotoksik membawa reseptor yang dapat berikatan dengan antigen sel
terinfeksi. Setelah berikatan dengan sel yang terinfeksi, sel T
sitotoksik menghasilkan protein perforin yang dapat melubangi membran sel terinfeksi. Dengan adanya lubang, enzim sel T dapat masuk dan menyebabkan kematian pada sel terinfeksi beserta patogen yang menyerangnya (Gambar 11.7).
Gambar 11.7 Cara sel T sitotosik menghancurkan sel terinfeksi.
3. Antibodi
Antibodi merupakan protein. Antibodi
berikatan dengan protein yang lainnya (antigen) yang ditemukan di dalam
tubuh. Molekul protein pada permukaan bakteri atau virus berperan
sebagai antigen. Antibodi merupakan bagian yang berperan di dalam
pertahanan tubuh. Setiap antibodi memiliki dua tempat yang dapat
bereaksi dengan antigen. Fungsi antibodi, yaitu berikatan dengan molekul
antigen membentuk rangkaian seperti jaring. Antibodi dapat menghambat
partikel-partikel virus. Untuk menginfeksi saluran sel, virus
pertama-tama harus bisa mengenali sel inangnya. Protein dari virus
mencocokkan bentuknya dengan molekul pada membran sel dari sel inang.
Antibodi dapat menutupi protein dari virus agar virus tersebut tidak
bisa menginfeksi sel. Protein yang disebut interferon juga bekerja
melawan virus. Interferon diproduksi oleh sel yang telah terinfeksi oleh
virus. Interferon membuat sel-sel yang tidak terinfeksi menjadi
resisten terhadap serangan virus. Antibodi tersusun atas dua tipe rantai
polipeptida yaitu rantai ringan (light chain) dan rantai berat (heavy
chain). Struktur gabungan kedua rantai tersebut membentuk huruf Y. Di
tengah-tengah ikatan rantai tersebut terdapat daerah Hinge (Hinge
Region) yang memungkinkan rantai-rantai polipeptida untuk bergerak.
Setiap lengan dari antibodi memiliki daerah pengikat antigen
(antigen-binding site). Antibodi dapat dibedakan berdasarkan susunan
proteinnya menjadi lima kelas utama. Setiap antibodi berinteraksi dengan
molekul dan sel yang berbeda-beda dan memiliki karakteristik yang
berbeda pula. Masing-masing antibodi memiliki daerah variabel (variable
region) yang dapat mengenali antigen khusus dan daerah konstan (constant
region) yang mengontrol bagaimana molekulnya berinteraksi dengan bagian
lain dari sistem kekebalan tubuh. Untuk lebih jelasnya mengenai
tipe-tipe antibodi, perhatikan Tabel 10.2 berikut.
Antibodi | Karakteristik |
IgM |
Tipe pertama antibodi yang dihasilkan pada awal suatu infeksi; secara umum dilepaskan ke aliran darah
|
IgG |
Tipe antibodi paling banyak di peredaran darah; dapat
masuk ke jaringan lain dengan mudah; diproduksi ketika terjadi infeksi
serius
|
IgA |
Ditemukan di dalam tubuh, termasuk keringat, air mata, air ludah; membantu dalam membentuk kekebalan pasif pada bayi
|
IgD |
Ditemukan di permukaan limfosit B; berperan dalam respons kekebalan tubuh
|
IgE |
Bekerja sama dengan reaksi alergi dan asma; ditemukan di permukaan histamin
|
4. Respons Kekebalan Tubuh
Respons kekebalan tubuh dan memori imunologis terhadap suatu patogen atau antigen dapat dibedakan atas respons primer dan respons sekunder.
Respons primer merupakan respons kekebalan tubuh yang pertama kali
terjadi ketika suatu antigen tertentu memasuki tubuh. Respons sekunder
merupakan respons kekebalan tubuh ketika antigen yang sama menyerang
tubuh kembali untuk kedua kalinya. Ketika antigen pertama kali memasuki
tubuh, respons sistem kekebalan tubuh tidak terjadi secara langsung.
Diperlukan beberapa hari bagi sel limfosit untuk dapat aktif. Ketika
banyak sel limfosit B terbentuk, konsentrasi antibodi dalam tubuh mulai
terlihat (Gambar 11.8).
Selama keterlambatan ini, individu yang
terinfeksi akan sakit (contohnya demam). Konsentrasi antibodi mencapai
puncak setelah sekitar 2 minggu dari awal infeksi. Saat konsentrasi
antibodi dalam darah dan sistem limfatik naik, gejala sakit akan
berkurang dan hilang. Setelah itu, pembentukan antibodi menurun dan
individu tersebut sembuh.
Gambar 11.8 Dua fase respons kekebalan tubuh. Respons sekunder menghasilkan antibodi lebih banyak.
Jika antigen yang sama menyerang tubuh
kembali, antigen tersebut akan memicu respons kekebalan tubuh sekunder.
Respons kedua ini terjadi lebih cepat daripada respons primer. Respons
sekunder juga menghasilkan konsentrasi antibodi yang lebih besar dan
lebih lama (Gambar 11.8). Selain imunitas humoral
(pembentukan antibodi), imunitas seluler juga berperan dalam respons
kekebalan tubuh sekunder ini. Karena respons kekebalan tubuh sekunder
yang cepat, gejala sakit (demam) tidak terjadi. Oleh karena itu,
individu tersebut dikatakan kebal terhadap penyakit tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar